untuk mu yang kucinta

Jika Mencintaimu adalah Takdir ku. Maka izinkan aku tuk mencintaimu, selalu. #dearYou

Mengenai Saya

Aku adalah Winda. Seorang mahasiswi Akuntansi di Universitas Sriwijaya. Kelahiran tahun 1991 dan sekarang single setelah menjalin hubungan hampir 4 tahun. yah ini hidup ku. meyakini bahwa 'jodoh gak kemana, jodoh itu di tangan tuhan' tapi bukan berarti menyerahkan semua nya begitu saja, tuhan ma kita usaha. #DIA, kamu atau enatah siapa, eh kok malah ngelantur ke jodoh?? doakan aku tahun depan wisuda ya, semester depan rencana nya mau mulai serius nyusun, mudahmudahan gak ada halangan mulai dari proposal sampe ke lainnya... Amiiinnn... Enough?? lets i tell in some i write then..

Jumat, 03 Februari 2012

Merindukanmu,,,

Rindu adalah perjalanan tertunda, terentang sebagai kesatuan harapan dan keterpisahan. Di matamu, ingin ku berhenti. Seketika? Bukan.

Rindu bermula dari serpih getar untuk berharap: kita bertemu di satu titik penyatuan. Semua tertulis jelas di air mukaku; rindu ini mengurai segala tentangmu. Kapan pun, di mana pun, kamu memenuhi detikku.

Kamu adalah baris pertama dari setiap alinea yang di dalamnya selalu menyebut kata ‘rindu’.
Seperti jarak membuat rindu semakin berarti.
Hari ini t’lah ku kirimkan setumpuk rindu. Lewat angin, ku kirimkan semuanya, hanya untukmu. Nantikanlah. Paket itu akan menunggu di depan pintu hatimu.

Rindu itu sunyi. Cuma kamu yang bisa meramaikannya.
Rindu itu api. Cuma kamu yang mampu memadamkannya.
Rindu itu semena-mena. Begitu terantuk di matamu, tak mau lari ke mana-mana.

Ditengah keramaian, aku merasa sepi.
Tapi aku kedinginan; senyummu senantiasa menyala dalam diriku. Menghangatkanku dengan rindu.
Menjadikanmu selalu ada dan tetap dekat-meskipun hanya jauhmu yang kurengkuh.

Setelah lelah menghasut payah hari ini, apalagi yang kubutuhkan selain tempat untuk menyandarkan diri, sejenak saja. Kepada bahumukah itu? Iya, yakinku.

Dalam rentang jarak, hanya hati kita yang masih bisa saling menyapa, saling mendoakan, “Aku selalu merindukanmu, sayangku,” bisik hatiku lirih padamu, “semoga kamu pun begitu.”

Jauhmu menghasut kata untuk bercerita tentangmu. Tapi mengapa justru bisu yang menutup mulutku. Kelu hingga tak mampu aku menyapamu.

Jarak terkadang lebih indah karena ada jeda dan memberi ruang yang luas bagi hadir sang cinta nanti.
Membayangkannya saja membuat hadir jadi lebih terasa.
Saat ini, biarlah cukup begini. Sampai nanti bertemu lagi.
Untuk apa membenci rasa yang membuncah. Tak peduli merindu atau sebaliknya, telan dan nikmati saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar